“jembatan toleransi”
Dalam sebuah hubungan, baik antara dua orang atau lebih, nampaknya tidak mungkin bagi seseorang untuk menyenangkan semua pihak.
Beda kepala beda ide, beda keinginan, beda karakter, dsb.
Itulah pentingnya toleransi.
Boleh saja kita berusaha untuk tidak mengecewakan orang lain, namun mungkin saja satu kali kita gagal.
Itu sangatlah wajar, karena apa yang ada di luar kita berada di luar kendali kita juga.
Yang penting adalah melakukan yang terbaik yang kita bisa berdasarkan prinsip dan kepercayaan kita—nilai-nilai yang kita yakini.
Dan mengenai toleransi, kitapun perlu menerapkan prinsip, “mengasihi orang lain seperti diri sendiri.”
Artinya toleransi yang seimbang: baik toleransi terhadap orang lain, maupun toleransi terhadap diri sendiri.
Terlalu idealis? Terlalu utopis? Mungkin.
Tapi, bila kita bisa mengejarnya untuk sesuatu yang lebih baik, kenapa enggal?
Ketika orang lain mengecewakan kita,
Atau ketika orang lain merasa kecewa karena kita,
Itulah saat dimana toleransi perlu dibentangkan layaknya sebuah jembatan.
Cukupkah kita memiliki kebesaran hati untuk itu??